Makalah
ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN
“ Pengembangan
Sumberdaya Manusia,
Kemampuan dan Citra Positif dalam Administrasi Pembangunan
”
Dosen Pengampuh : Edy Tadung, S.Sos.,M.Si
Matakuliah : Administrasi
Pembangunan
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Administrasi
Pembangunan”
Oleh :
Kelompok IV (Kelas B)
- MUHAMMAD SYARIF AL-QADRI ( 214 101 040 )
- S R I D A M A Y A N T I ( 216 101 002 )
- S A L M I A ( 216 101 059 )
- L I N D A ( 214 101 072 )
- S U N A R J O ( 216 101 056 )
- A R D I A N T O ( 214 101 079 )
- VIONA OLIVIA KAROLIN ( 214 101 066 )
PROGRAM STUDI ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS
LAKIDENDE
UNAAHA
2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah initepat pada waktunya.
Selawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam
makalah “Pengembangan Sumberdaya Manusia,
Kemampuan dan Citra Positif dalam Administrasi Pembangunan” kami bermaksud
membahas tentang upaya dan pentingnya pengembangan Sumberdaya
Manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi pembangunan. Adapun tujuan selanjutnya adalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Administrasi Pembangunan.
Makalah ini
akan menjadi bahan
masukan serta merupakan bahan tambahan
ilmu pengaetahuan dan wawasan para pembaca
dalam mengkaji administrasi pembangunan
yang mengarah pada pengembangan Sumberdaya
Manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi pembangunan.
Setidaknya
dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam menyuguhkan
motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari konsep-konsep
dan pendekatan pembangunan nasional dalam penyelenggaraan pembangunan yang
berkelanjutan sehingga kita dapat meminimalisasi
kesalahan, kekeliruan dan penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan
pembangunan.
Tentunya,
dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan atau bahkan kekeliruan.
Dengan itu, kami sangat
berharap adanya masukan dari pembaca dan kritik konstruktif sebagai upaya
pembangunan mental guna penyempurnaan isi
makalah ini.
Uepai, Januari 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pentingnya
Pengembangan Sumberdaya Manusia .................................. 3
2.2
Meningkatkan
Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Birokrasi Pembangunan 7
2.3
Tujuan
Pengembangan Sumberdaya Manusia ......................................... 10
2.4
Pengembangan
Kemampuan ................................................................... 13
2.5
Pengembangan
Citra Positif..................................................................... 14
2.6
Upaya
Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Pembangunan 15
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2
Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsep pembangunan sosial merupakan suatu konsep yang mengarah pada
pembangunan nasional dilakukan
melalui perencanaan nasional. Perencanaan nasional meliputi pengambilan
keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan tentang bagaimana sebaiknya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yaitu tujuan pembangunan nasional, pada
waktu-waktu di masa depan. Pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari
pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan.
Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan / perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement)
dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat
Sumber
Daya manusia (SDM) merupakan modal dasar pembangunan nasional, oleh karena itu
kualitas SDM senantia saharus
dikembangkan dan diarahkan agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Berbicara mengenai sumber daya manusia sebenarnya dapat dilihat dari 2 aspek
yaitu aspek kualitas dan aspek
kuantitas. Aspek kuantitas mencakup jumlah SDM yang tersedia / penduduk,
sedangkan aspek kualitas mencakup kemampuan SDM baik fisik maupun non fisik / kecerdasan dan mental serta citra positif dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga dalam proses pembangunan
pengembangan sumber daya manusia sangat diperlukan, sebab kuantitas SDM yang
besar tanpa didukung kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan suatu
bangsa.
Dalam
mewujudkan suatu
pembangunan maka pemanfaatan sumber daya
manusia yang dimiliki
haruslah seoptimal mungkin. Manajemen sumber daya manusia memiliki berbagai fungsi-fungsi
diantaranya perencanaan, pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian (Hasibuan, 2006 : 21).
Seluruh
fungsi Manajemen Sumber Daya manusia itu bertujuan untuk meningkatkan peran dan
kontribusi dari Sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi / negara sehingga tujuannya dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan landasan diatas maka kami bermaksud mengulas tentang bagaimana upaya
dan pentingnya pengembangan sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif
dalam administrasi pembangunan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pentingnya pengembangan
sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi pembangunan ?
2.
Bagaimana
upaya
pengembangan sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi
Pembangunan ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui dan memahamai seberapa pentingnya pengembangan
sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi pembangunan.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana upaya pengembagan sumberdaya manusia, kemampuan
dan citra positif dalam administrasi Pembangunan.
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat penulisan makalah
ini secara teoritis yakni untuk
bahan masukan serta merupakan bahan tambahan
ilmu pengaetahuan dan wawasan
mengenai pengembangan sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif dalam administrasi Pembangunan. Secara Praktis yakni
sebagai sumbangan kepada Pemerintah dalam mengupayakan peningkatan program pengembangan
sumberdaya khususnya sumberdaya manusia, kemampuan dan citra positif dalam
pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pentingnya
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan
tersedianya kesempatan dan pengembangan belajar, membuat program-program
training yang meliputi perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi atas
program-program tersebut (Armstrong, 1997:504).
Pengembangan sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai
seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang dirancang dalam
memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang dibutuhkan untuk memenuhi
tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang (Harrish
and Desimone, 1992:2).
Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu usaha
yang terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi dalam
meningkatkan kompetensi pegawai dan kinerja organisasi melalui program-program
pelatihan, pendidikan, dan pengembangan (Mondy and Noe, 1990:270).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
pengembangan SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dalam
memfasilitasi pegawai agar memiliki pengetahuan, keahlian, dan/ atau sikap yang
dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang akan datang. Aktivitas
yang dimaksud, tidak hanya pada aspek pendidikan dan pelatihan saja, akan
tetapi menyangkut aspek karier dan pengembangan organisasi. Dengan kata
lain,pengembangan sumber daya manusia berkaitan erat dengan upaya meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan/ atau sikap anggota organisasi serta penyediaan
jalur karier yang didukung oleh fleksibilitas organisasi dalam memcapai tujuan organisasi.
Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan
baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan sumber daya
manusia.
Progam pengembangan sumber daya manusia hendaknya disusun
secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada
keterampilan yang dibituhkan perusahaan saat ini maupun masa depan.
Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual serta moral sumber daya manusia supaya prestasi kerjanya baik dan
mencapai hasil yang optimal.
Pengembangan sumber daya manusia dirasa semakin penting
manfaatnya karena tuntutan jabatan atau pekerjaan, sebagai akibat kemajuan
teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis.
Setiap sumber daya manusia yang ada di dalam suatu
perusahaan (dunia kerja) dituntut agar bekerja efektif, efisien kualitas dan
kuantitas pekerjaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar.
Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun karier bagi sumber
daya manusia melalui latihan dan pendidikan.
Pimpinan dalam suatu perusahaan semakin menyadari bahwa
sumber daya manusia yang baru saja memasuki dunia kerja pada umumnya hanya memiliki
kecakapan teoritis saja dari bangku kuliah ataupun dari jenjang pendidikan yang
baru saja mereka tempuh. Jadi, pengembangan perlu dilakukan, karena untuk
melatih dan meningkatkan kemampuannya secara nyata untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya. Pengembangan sumber daya manusia ini sangatlah penting dan
membutuhkan dana yang besar dalam pengusahaannya, akan tetapi dngan biaya yang
besar tersebut hal ini merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan.
Karena denga hal ini, maka sumber daya manusia yang ada akan terampil dan
cakap, sehingga ketika mereka menyelesaikan pekerjaannya (melakukan) maka
mereka akan bekerja lebih efektif, efisien, mengurangi pemborosan bahan baku
dan peralatan maupun perlengkapan lainnya akan lebih awet dalam pemeliharaannya.
Hasil kerjanya pun akan lebih baik yang akan berimbas pula pada meningkatnya
daya saing perusahaan. Dengan daya saing yang besar ini, maka akan dapat
dipastikan bahwa perusahaan tersebut nantinya akan memiliki peluang yang lebih
baik agar mampu memperoleh laba yang maksimal maupun tujuan yang telah
ditetapkan pada awal akan tercapai secara keseluruhan. Imbasnya bagi sumber
daya manusia yang ada maka akan memdapatkan penghargaan berupa gaji yang
maksimal, sehingga dapat digunakan untuk sarana memperbaiki diri dan juga
penyemangat dalam bekerja.
Pengembangan sumber daya manusia sendiri juga dapat
dibedakan menjadi dua. Yakni pengembangan sumber daya manusia secara makro dan
secara mikro. Pengembangan sumber daya secara makro penting sekali dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan secara efektif. Pengembangan sumber daya secara
makro ini bertumpu pada pengertian bahwa pengembangan sumber daya manusia yang
terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat
sumber daya alam yang ada, atau setidaknya pengelolaan dan pemakaian sumber
daya alam dapat secara tepat guna. Karena SDM yang telah dikembangkan sedemikian rupa, akan memiliki skill
yang cukup untuk memanfaatkan hasil alam secara berkelanjutan.
Yang kedua adalah pengembangan sumber daya manusia secara
mikro. Pengembangan sumber daya manusia secara mikro ini lebih menekankan pada
pengoptimalan hasil kerja yang maksimal dalam suatu perusahaan.
Baik secara makro maupun mikro, pengembangan sumber daya
manusia jelaslah menuju pada sasaran yakni peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang nantinya akan bermuara pada pembangunan bangsa. Dalam pembangunan
suatu bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut dengan sumber daya (resources)
baik SDA atau Natural resources maupun SDM atau human resources. Kedua sumber
daya ini sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Namun
untuk mendukung suatu pembangunan, SDM adalah yang terpenting , karena jika
sebuah negara memiliki suatu SDM yang terampil dan berkualitas maka ia akan mampu
mengelola SDA yang jumlahnya terbatas.
Untuk Negara-negara berkembang, dimana terdapat “Labour
Surplus Economy” artinya modal pembangunan tak dapat dituangkan hanya pada
tersedianya atau kemungkinan tersedianya dana investasi.Pembanguan tersebut
akan terlalu mahal dan juga akan mengalami hambatan apabila sesuatu waktu
sumber investasi menjadi terbatas, baik yang berasal dari pemerintah maupun
dari masyarakat. Selain itu jumlah SDM yang besar hendaknya dijadikan sebagai
keunggulan karena jumlah penduduk yang besar apabila dapat dikembangkan sebagai
tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar yang sangat
menguntungkan bagi usaha-usaha disegala bidang. Pentingnya pengembangan sumber daya
manusia ini juga dapat diklasifikasikan menurut manfaatnya bagi masing-masing
subjek yang ada, yakni bagi indivudu selaku tenaga kerja, perusahaan, dan untuk
personal, hubungan manusia, dan pelaksanaan kebijakan.
Dengan perencanaan yang telah tersusun, langkah berikutnya
dalam manajemen pembangunan adalah memobilisasi sumber daya yang diperlukan. Sumber daya pembangunan
tersebut pada pokoknya berupa (modal), sumber daya manusia, teknologi, dan
organisasi atau kelembangaan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan dalam rangka pengerahan sumber daya pembangunan adalah memobilisasi
dana pembangunan, menyiapkan sumber daya manusia, memanfaatkan teknologi, serta
memperkuat aspek kelembangaan.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menjamin
berhasilnya pembangunan. Studi empiris banyak menunjukkan kegagalan
pembangunan, atau pembangunan tidak mencapai sasaran, karena kurangnya
partisipasi rakyat. Bahkan banyak menunjukkan rakyat menentang upaya
pembangunan. Keadaan itu dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
1.
Pembangunan
hanya menguntungkan segolongan kecil dan tidak menguntungkan rakyat banyak,
bahkan pada sisi ekstrim dirasakan merugikan.
2.
Pembangunan
meskipun dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang
memahai maksud itu,
3.
Pembangunan
dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat, dan rakyat memahaminya, tapi cara
pelaksanannnya tidak sesuai dengan pemahaman itu.
4.
Pembangunan
dipahami akan menguntungkan rakyat, tetapi sejak semula rakyat tidak
diikutsertakan.
Oleh
karena itu, menjadi tugas manajemen pembangunan untuk menjamin bahwa
pembangunan berada pada keadaan sebagai berikut : (1) harus menguntungkan rakyat, (2) dipahami maksudnya oleh rakyat, (3) mengikutsertakan rakyat dalam pelaksanaannya, (4) dilaksanakan sesuai dengan
maksudnya, jujur, terbuka dan dapat dipertanggung-jawabkan.
2.2 Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Birokrasi Pembangunan
Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Pemerintah,
khususnya sistem administrasinya, pada akhirnya merupakan salah satu faktor
penentu yang utama yang akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembangunan
kualitas manusia. Secara garis besar hambatan-hambatan pada birokrasi
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: hambatan proses dan hambatan
orientasi (Saxena, 1986:49).
Hambatan proses mencakup baik aspek struktur dan prosedur.
Hingga kini struktur organisasi modern tetap dipandang sebagai model birokrasi
yang tepat buat melaksanakan pembangunan. Oleh para ahli sering kekurang
berhasilan yang terjadi di banyak negeri dihubungkan dengan bentuk birokrasi
ini. Tetapi, yang menyebabkan model tersebut kurang berhasil bukanlah bentuknya
itu tetapi adalah karena adanya nilai-nilai dan struktur organisasi yang
tradisional yang menyebabkan tumbuhnya distorsi bentuk organisasi modern
menjadi sistem yang patrimonial. Pada sistem ini prinsip-prinsip nepotisme dan
partikularistik berlaku. Kalau pada sistem ekonomi kita mengenal adanya
dualisme antara ekonomi tradisional-agraris dan ekonomi modern-industrial, maka
dalam sistem administrasi kita dikenal adanya dualisme antara sistem administrasi
tradisional yang menekankan ritualisme administratif yang tidak efisien dan
sistem administrasi modern yang menekankan rasionalisme administratif yang
efisien (Riggs, 1957:59).
Dualisme administratif ini yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan budaya pelayan publik dalam birokrasi kita merupakan salah satu
sebab kekurang mampuan administrasi pembangunan Indonesia. Birokratisasi dan
sentralisasi yang kuat dalam pengelolaan pembangunan telah menimbulkan struktur
birokrasi yang amat hirarkis dan legalistis, sehingga prosedur lebih bertujuan
untuk memenuhi tuntutan struktur daripada manfaat. Fleksibilitas dan arus
komunikasi yang lancar yang amat diperlukan dalam penyelenggaraan program
pembangunan menjadi terhambat, dan dalam birokrasi pembangunan yang luar biasa
besarnya di Indonesia, prosedur menjadi amat kaku dan lamban. Yang lebih parah
adalah prosedur yang mencekik ini ditumpangi lagi oleh kepentingan pribadi dan
dijadikan komoditi yang diperdagangkan untuk keuntungan pribadi mau pun
kelompok.
Peranan birokrasi pemerintah yang kuat dan dominan dalam
pengelolaan program pembangunan selama 25 tahun ini telah menimbulkan mental penguasa
yang amat kuat di kalangan pejabat birokrasi dan ini menjadi penghambat yang
cukup besar dalam upaya penciptakan aparatur pemerintahan yang terbuka dan
mampu menggalang partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dalam birokrasi
seperti itu prestasi seorang pejabat bawahan akan diukur dari kemampuannya
mencapai target-target yang telah ditentukan dan oleh "kepuasan"
atasan terhadap prestasi bawahan tadi. Karena itu sifat yang paling menonjol
adalah semangat untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan serta kurang
mementingkan perubahan dan kemajuan yang identik dengan pembangunan. Dengan
kata lain, tumbuhlah dengan subur etos kerja status quo yang mendorong para
pejabat untuk lebih mempertahankan keharmonisan dalam segala hal.
Perubahan-perubahan pada birokrasi pemerintah itu sendiri
sebenarnya tidak akan terjadi terlepas dari kondisi lingkungannya. Karena itu
dalam pelaksanaan pembangunan kualitas manusia ini diperlukan suatu persyaratan
mutlak yakni kemungkinan setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam
upaya untuk meningkatkan kapasitasnya. Partisipasi masyarakat ini akan
memungkinkan mereka untuk membantu menentukan masalah-masalah yang akan
dipecahkan dalam pembangunan. Partisipasi ini juga akan memungkinkan masuknya
informasi yang lebih banyak dari lapangan yang berguna bagi penentuan strategi
pembangunan yang lebih tepat. Dukungan masyarakat yang lebih besar dalam
pelaksanaan program pembangunan pun akan dapat digerakkan dengan parptisipasi.
Disamping itu partisipasi masyarakat dalam pengawasan akan memungkinkan
pengawasan yang lebih efektif.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan sebagai upaya
peningkatan kapasitas, sifat-sifat birokrasi pemerintah yang stabil-mekanistis
tidak mungkin dihilangkan secara keseluruhan. Sifat tersebut hanya dapat
dikurangi dan diganti dengan organisasi yang lebih bersifat organis-adaptif
(Saxena, Ibid; dan Bennis, 1969), yaitu organisasi yang selalu tumbuh dan
menyesuaikan diri dengan tujuan yang hendak dicapai dan dengan dinamika
lingkungannya, yang lebih terbuka terhadap gagasan peningkatan kapasitas, serta
yang mampu melaksanakannya. Struktur birokrasi yang organis-adaptif ini
mempunyai pola hubungan yang lebih longgar dan terbuka terhadap pengaruh
positif dari luar. Partisipasi dalam perumusan tujuan menjadi lebih lebar
sehingga terbuka kesempatan yang luas untuk keterlibatan dari bawah (bottom-up)
mau pun dari atas (top-down).
Selain struktur organisasi yang organis-adaptif, dalam
pengembangan partisipasi ini perlu diadakan distribusi kekuasaan dan
sumberdaya. Dengan kata lain, suatu peringkat desentralisasi yang memadai
adalah prasyarat lain yang diperlukan buat pelaksanaan pembangunan kualitas
manusia agarberhasil. Dalam hal ini ada perbedaan yang jelas antara pembangunan
dan nation-building. Dalam nation-building memang diperlukan sentralisasi
kekuasaan. Bagi Indonesia, tahap ini sudah dapat kita lewati dengan berhasil.
Dalam tahap pembangunan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas
masyarakat, sentralisasi yang berlebih-lebihan ini harus segera ditinggalkan
untuk diganti dengan desentralisasi, yakni pemberian kewenangan yang lebih
besar kepada daerah dan masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi
pembangunan.
Untuk melaksanakan pembangunan seperti ini diperlukan
desentralisasi sebanyak mungkin urusan kepada daerah. Hanya daerah yang tahu
secara lebih baik aspirasi daerah serta dapat menilai apa sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang mereka miliki serta untuk apa kekayaan tersebut akan
digunakan. Karena itu hambatan paling besar dalam pelaksa-naan kebijaksanaan
semacam itu adalah sentralisasi yang amat besar dalam sistem administrasi kita.
2.3
Tujuan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Secara umum tujuan pengembangan SDM adalah untuk memastikan
bahwa organisasi mempunyai orang orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan
organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan (Armstrong, 1997 : 507).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap orang
dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tingkat
kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaaan mereka secara efektif.
Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya
pengembangan SDM ini, kinerja individual dan kelompok adalah subyek untuk
peningkatan yang berkelanjuktan dan bahwa orang-orang dalam organisasi
dikembangkan dalam cara yang sesuia untuk memaksimalkan potensi serta promosi
mereka. Secara rinci tujuan pengembangan SDM dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Meningkatkan
Produktivitas Kerja, artinya dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan
akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical
skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.
2.
Mencapai
Efisiensi, artinya pengembangan SDM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan
berkurang, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing perusahaan semakin
besar.
3.
Meminimalisir
Kerusakan, artinya pengembangan SDM bertujuan untuk mengurangi kerusakan
barang, produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil
dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.
Mengurangi
Kecelakaan, artinya pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan
karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan
berkurang.
5.
Meningkatkan
Pelayanan, artinya pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelaayanan yang
lebih baik dari SDM kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang
baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekana-rekanan perusahaan
bersangkutan.
6.
Memelihara
Moral Pegawai, artinya dengan pengembangan moral SDM akan lebih baik karena
keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehinggamereka antusias
untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan baik.
7.
Meningkatkan
Peluang Karier, artinya dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan
karier karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi
kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan
prestasi kerja seseorang.
8.
Meningkatkan
Kemampuan Konseptual, artinya dengan pengembangan, SDM semakin cakap dan cepat
dalam memgambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill,
dan managerial skill nya lebih baik
9.
Meningkatkan
Kepemimpinan, artinya dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manager akan
lebih baik, human relationsnya lebih luwes, motivasinya lebih terararh sehingga
pembinaan kerjasama vertical dan horizontal semakin harmonis
10.
Peningkatan
Balas jasa, artinya dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah insentif, dan
benefits) SDM akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.
11.
Peningkatan
Pelayana Kepada Konsumen, artinya pengembangan SDM akan memberikan manfaat yang
baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperioleh barang atau jasa
yang lebih bermutu. (Malayu Hasibuan,2000:70-72)
Menurut
Schuler dalam buku yang ditulis oleh Sondang P Siagian tahun 2008 halaman 124
tujuan dari kegiatan pengembangan SDM adalah :
1.
Mengurangi
dan menghilangkan kinerja yang buruk, Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan
kinerja pegawai saat ini, yag dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan
ditunjukkan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan
oleh organisasi.
2.
Meningkatkan
fleksibilitas dari angkatan kerja, Dengan semakin banyaknya keterampilan yang dimiliki pegawai,
maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan
adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya, bila
organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi
tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru oleh karena pegawai yang dimiliki
sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
3.
Meningkatkan
komitmen karyawan, Dengan
melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang
baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen
kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang
baik.
4.
Mengurangi
turn over dan absensi, Bahwa
dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan
dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian
juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
2.4 Pengembangan Kemampuan
Pentingnya pendidikan dan pelatihan adalah sebagai
instrument pengembangan kemampuan ialah bahwa pengembangan ilmu pengetahuan
yang demikian pesat, pengetahuan seseorang menjadi ketinggalan jaman dalam
waktu yang relatif sangat singkat dan oleh karena itu perlu selalu
dimutahirkan.
Di lingkungan birokrasi pemerintahan dikenal berbagai jenis
pendidikan dan pelatihan seperti pendidikan dan pelatihan prajabatan,
pendidikan dan pelatihan perjenjangan yang diperuntukkan bagi mereka yang
menduduki jabatan stuktural, pendidikan dan pelatihan fungsional yang
menyangkut bidang tugas fungsional suatu instansi tertentu dan pendidikan dan
pelatiah yang bersifat teknis.
Dari teori diketahui bahwa suatu program pendidikan dan
pelatihan, sebagai salah satu strategi pengembangan kemampuan, direncanakan dan
diselengggarakan dengan mengambil tujuh langkah, yaitu :
a.
Melalukan
analisis dan menentukan kebutuhan, yang berarti memecahkan salah satu
permasalahan yang dirasakan terdapatdalam organisasi.
b.
Penyusunan
materi pendidikan dan pelatihan yang relevan, mutakhir, dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan tuntutan tugas.
c.
Pemilihan
peserta yang menghadapi permasalahan tertentu sehingga diharapkan memperoleh
manfaat yang maksimal dari program pendidikan dan pelatihan.
d.
Pemilihan
instruktur yang kapabel yang tidak hanya menguasai materi yang merupakan
tanggung jawabnya untuk mengalihkan kepada para peserta tetapi juga mampu
menggunakan teknik mengajar yang paling efektif.
e.
Penentuan
teknik dan metode belajar mengajar yang tidak terpaku hanya pada ceramah akan
tetapi juga tehnik dan metode lain seperti simulasi, “role playing”, studi
kasus, pelatihan laboratorium,bimbingan dalam belajar mandiri, dan “management
games”.
f.
Penyelenggaraan
yang sebaik mungkin dalam arti disiplin dalam kehadiran, ketaatan pada jadwal,
penyelenggaraan ujian, pemeriksaan hasilnya.
g.
Penilaian
dan umpan balik untuk mengetahui apakah program pendidikan dan pelatihan
mencapai sasaran atau tidak dan apakah efektif dan tidak efektif.
Suatu
program pendidikan dan pelatihan hanya dapat dikatakan efektif apabila terjadi
perubahan yang relatif permanen, bukan hanya dalam diri peserta pelatihan dan
pendidikan, akan tetapi juga dalam diri para pengguna tenaga kerja yang dididik
dan dilatih serta perubahan dalam cara kerja organisasi serta keseluruhan.
2.5 Pengembangan Citra Positif.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat sering mempunyai
persepsi negatif
tentang citra birokrasi. Tidak jarang terdengar tuduhan yang di lemparkan pada
birokrasi yang bernada negatif seperti berkerja lamban, menggunakan prosedur
yang berbelit-belit, orientasi kekuasaan, jarak kekuasaan yang jauh, arogan
baik secara institusional maupun secara individual, kaku dalam
menginterprestasikan dan menerapkan peraturan perundang-undangan, perlakuan
yang distriminatif dalam memberikan pelayanan, tertutup, tidak jujur, korup,
dan lain sebagainya.
Terlepas dari praktek-praktek yang terjadi dilapangan, citra
negatif birokrasi itu harus diubah menjadi
citra positif. Berbagai cara yang dapat ditempuh adalah komitmen manajemen
puncak untuk memberantas korupsi dan kolusi, menjadikan diri sebagai panutan
dan teladan, pengenaan sanksi berat terhadap mereka yang terbukti melakukan
tindak pidana korupsi, peningkatan kesejahteraan pegawai dan keluarganya,
mendidik masyarakat untuk berani menuntut pegawai negeri agar bertindak dan
bersifat jujur, dan bagi para pejabat pimpinan menanggapi secara positif dan
cepat laporan yang masuk dari masyarakat dan tidak justru membela para
bawahannya karena jiwa kosra yang salah kaprah.
2.6 Upaya Meningkatkan Kualitas Sumberdaya
Manusia dalam Administrasi Pembangunan.
Kemampuan administrasi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan
martabat manusia tidak mungkin dapat ditingkatkan tanpa peningkatan kualitas
manusia dalam birokrasi pembangunan itu sendiri. Kualitas yang diperlukan oleh
petugas birokrasi pembangunan itu antara lain mencakup ketaatan pada
prinsip-prinsip moral dan agama yang tinggi, rasa kesetiakawanan sosial dalam
hubungan sebagai pejabat dan masyarakat, rasionalitas sebagai pejabat yang
merupakan individu organisasi dan institusi yang lebih mementingkan tujuan
organisasi daripada tujuan individu serta tingkat kemandirian yang juga tinggi.
Karena itu perlu didukung upaya yang sedang dirintis oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara untuk meningkatkan kualitas aparat
dalam birokrasi seperti yang dilontarkan beberapa waktu yang lalu pada Seminar Nasional
Pembangunan Kualitas Manusia dalam Era Tinggal Landas di Universitas Widya
Mataram, Yogyakarta (Kusuma Atmadja, 1990).
Ada beberapa pilihan upaya yang dapat ditempuh oleh para
perumus kebijaksanaan kita, khususnya dalam bidang pembangunan administrasi. Dalam
upaya untuk menghasilkan organisasi yang memiliki effisiensi dan otonomi yang
diperlukan buat melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan martabat manusia,
disadari bahwa hirarhi yang terlalu panjang dan compartmentalized akan
menghasilkan kekakuan dan subordinasi yang berlebihan. Karena itu inti dari
upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dalam birokrasi pembangunan meliputi
upaya meningkatkan produktivitas mereka melalui sistem insentif, baik finansial
dan non-finansial yang lebih baik, serta merubah tata nilai serta lingkungan
birokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan dari paparan pembahasan materi diatas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan yakni :
1.
Pengembangan
SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dalam memfasilitasi
pegawai agar memiliki pengetahuan, keahlian, dan/ atau sikap yang dibutuhkan
dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang akan datang, Progam pengembangan sumber daya
manusia hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode
ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibituhkan perusahaan saat ini
maupun masa depan.
2.
Pentingnya
pengembangan sumber daya manusia ini juga dapat diklasifikasikan menurut
manfaatnya bagi masing-masing subjek yang ada, yakni bagi indivudu selaku
tenaga kerja, perusahaan, dan untuk personal, hubungan manusia, dan pelaksanaan
kebijakan.
3.
Secara
umum tujuan pengembangan SDM adalah untuk memastikan bahwa organisasi mempunyai
orang orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi untuk
meningkatkan kinerja dan pertumbuhan.
3.2
Saran
Pengembangan sumber daya manusia perlu ditingkatkan kembali
guna meningkatkan kualitas SDM yang ada, terutama di Indonesia. Dalam upaya pengembangan
sumber daya manusia itu hendaknya dengan pemberian pendidikan yang layak bagi
SDM di Indonesia, agar mampu berkualitas dan berdaya saing. Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual serta moral sumber daya manusia supaya prestasi
kerjanya baik dan mencapai hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Armstrong, Michael.1994. Seri Pedoman Manjemen, Manajemen Sumber Daya Alam. Jakarta : Gramedia.
Gunawan,
Sumodiningrat. 1999. Pemberdayaan
Masyarakat & JPS. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Malayu S.P. Hasibuan. 2000. Manajaman Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
M Papayungan. 1995. Pengembangan dan Peningkatan Mutu
Sumber Daya Manusia Menuju Masyarakat Industrial Pancasila.Bandung:Mizan
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Sondang P. Siagian.1991. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sumaryadi, I
Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan
Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Citra Utama.
Tjokroamidjojo,
H. Bintoro & Mustopadidjaja A. R. 1990. Teori
& Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta : Haji Masagung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar